Saturday, September 24, 2016

JEJAK PERJALANAN TOPENG DAN WAYANG WONG CIREBONAN Part 4



  Makna Filosofi Tari Topeng

Topeng Kelana
Makna filosofi tari topeng merupakan bentuk kesenian wayang kulit, berikan dan ronggeng. Menurut suluks The Mystical Poetry Of Javanese Muslims (41 suluks / lor 7378) wayang merupakan cerminan dari syareat “pawayanganira suha pribadi anenggu je paesan sarengat” sementara makna filosofi borongan atau dalam terminology kesenian Cirebon sering disebut barikan, merupakan cermin dari ajaran Thoriqoh  (tarekat) “borongan galak ambuburoni // anenggu je paesan tarekot”. Adapun topeng merupakan cermin dari ajaran hakekat “topeng angleger sedheng mangsaning bedug // denya mung // paesan hakekat kang sebenere // sinawung ripta adnin patopengan//”, dan ronggeng merupakan cermin dari ajaran ma’rifat “gamelan ronggeng ngumplung ing wengi // ronggeng paes wis ngadi warna // pepek pengayon – ayone // denya sida anenggu // paesaning ma’rifat sejati//.

 Adapun menurut naskah Nyai Mutasiyah yang diedisi oleh Salana makna dari lima wanda topeng tersebut merupakan proses pertumbuhan manusia dari sejak dia lahir kedunia hingga dewasa, berikut tahapan dari proses pertumbuhan itu:
1.      Panji   gambaran dari bayi yang baru lahir, bersih suci tanpa dosa.
2.      Pamindo atau samba gambaran dari masa anak-anak yang penuh dengan canda ria.
3.      Rumyang atau parumiyangan adalah gambaran dari masa peralihan (miyang / transisi)
4.      Tumenggung gambaran dari sepak terjang orang yang sudah dewasa.
5.      Kelana atau Ruwana gambaran dari orang yang sudah mencapai puncak kemapanan secara fisik.
Sedangkan menurut perkembangan spiritual urutan makna tari topeng justru sebaliknya dimulai dari kelana, tumenggung, rumyang, pemindo dan panji. Pemaknaan secara spiritual ini merujuk pada ajaran tawasuf Cirebon yang dikutip dari kitab Babon Petarekatan yang ditulis oleh Pangeran Muhammad Arifuddin Kusuma Bratawirdja, adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
  1. Ruwana atau kelana merupakan gambaran dari manusia yang belum mengenal agama. Dia tidak ada bedanya dengan binatang atau manusia yang hidup di hutan. Yang dianut adalah hukum rimba sebab secara etimologi kata Ruwana berasal dari kata Rohwana, roh berarti “darah” atau “karakter” wana artinya “hutan”.
    Topeng Tumenggung
  2. Tumenggung merupakan gambaran dari manusia yang sudah mengenal aturan atau syariat.Secara fisik sudah sempurna tetapi secara sprititual baru memasuki babak baru pemahaman mengenai hukum Allah, tetapi baru mengenal kulitnya.    
    Topeng Rumyang
  3. Rumyang merupakan gambaran dari manusia yang sedang mendalami esensi dari ajaran syariat yaitu sedang mencoba memahaminya lewat jalan yang lebih baik khusus yang dikenal dengan ajaran thoriqoh atau tarekat. Tahapan ini mulai memasuki maqom martabat insan.
    Topeng Samba atau Pemindo
  4.  Samba atau pemindo merupakan gambaran dari insan yang sudah menemukan esensi dari arti kehidupan yang hakiki sehingga sudah mencapai kedudukan martabat insan kamil. 
    Topeng Panji
  5. Panji berarti “Mapan Ning Kang Siji” sudah mantap dalam melakukan pendekatan dengan yang Maha Suci sehingga apa yang dilakukannya hanya atas yang dikehendaki oleh Allah. Manusia seperti ini adalah manusia yang sudah sempurna “Hablum Minallah” sehingga disebut insan kamil mukamil, karena sudah ma’rifat dengan Allah Swt.

No comments:

Post a Comment