Jenis – Jenis Ornamen
Pada Dodot Wayang
Jenis
– jenis ornamen pada dodot wayang sangat banyak jumlahnya, sampai saat ini
belum ada yang meneliti berapa jumlahnya. Nama-nama ornamen tersebut di setiap
wilayah atau sentra pedalangan memiliki ciri khas sendiri, namun masing-masing
praktisi wayang biasanya paham dengan perbedaan tersebut. Salah satu contoh misalnya
ornamen Semanggen (semanggi) di wilayah Gegesik disebut Sembagen. Namun komunitas pedalangan di
wilayah kidulan cukup paham dengan nama tersebut, begitu pula sebaliknya.
Berikut
adalah jenis-jenis nama motif atau ornamen yang biasanya digunakan untuk
menghiasi dodot atau busana wayang kulit :
1.
Semanggen / Sembagen
Ornamen
semanggen adalah motif yang paling banyak digunakan dalam dodot wayang,
terutama jenis wayang yang berbusana dodot koncaan. Ornamen jenis ini banyak
digunakan untuk wayang jenis Ponggawa dan Denawa, baik yang berbusana dodot
koncaan ataupun gembolan. Corak ini juga digunakan sebagai busana dodot satria,
namun bukan sebagai motif utama. Biasanya untuk busana dodot satria bokongan,
motif pendukung (pemanis) digunakan motif semanggen.
2.
Patran
Paksi
Patran paksi
berasal dari kata patra dan paksi. Dalam terminologi batik Cirebon patra atau patran biasanya
digunakan untuk memberi nama motif atau pola yang dibentuk dari kelompok daun.
Adapun kata paksi berarti burung, jadi motif patran paksi artinya motif burung
yang dibentuk (stylasi) dari kelopak daun. Bagian yang distilasi dengan daun
adalah bagian kepalanya.
Motif patran paksi adalah motif kuno,
motif ini kemungkinan besar berasal dari Majapahit. Wayang-wayang wetan
(Wayang Kerajaan Mataram) juga ada yang menggunakan motif ini. Patran paksi banyak
digunakan oleh wayang dengan busana dodot bokongan, seperti Kresna, Prabu Maesapati,
Wisnu dan lain-lain. Wayang yang menggunakan dodot bokongan wironan juga banyak
yang memakai motif patran paksi. Contohnya seperti Nayarana, Shangyang Ismaya
dan lain-lain.
3.
Kawungan
Motif kawaungan atau
motif kawung dibentuk dari daun aren yang dilipat menjadi dua berbentuk
lengkungan elips. Dalam perkembangannya motif kawung berbentuk empat lengkungan
elips. Dengan ujung mengarah ke sudut 45o. Kawung juga dibuat dalam
berbagai ukuran tergantung luasnya bidang yang akan diberi ornamen. Ada kawung
ece ada kawung kentang dan lain-lain. Pada busana wayang motif kawung
sering digunakan sebagai motif hiasan pelengkap. Terutama pada bagian soder
wayang Ponggawa atau denawa yang berbusana dodot koncaan. Walaupun tidak banyak,
ada juga tokoh wayang satria dengan busana dodot bokongan dan bokongan wironan
yang menggunakan motif kawaung ecaan. Contohnya pada wayang Nakula dan Sadewa
koleksi Kraton Kacirbonan.
4.
Ganggeng
Kinyut
Motif ganggeng
adalah motif yang diambil dari nama sejenis tumbuhan air yaitu ganggang
(algae). Ganggang kinyut berarti ganggang yang terbawa arus air hingga
bergerak. Pada motif kain batik juga dikenal istilah motif ganggengan. Dalam
dunia batik kata ganggengan memiliki makna “ingkang
langgeng” atau dzat yang maha kekal atau bersifat Baqa’ yaitu Allah Subhanahu
Wata’ala. Apakah ganggeng kinyut memiliki kaitan makna dengan motif batik
ganggengen ? ini perlu adanya penelitian lebih lanjut.
Motif ganggeng kinyut banyak digunakan sebagai
ornamen utama satria dengan busana dodot bokongan atau dodot bokongan wironan.
Ornamen ini sering dibuat dalam bentuk pengulangan motif (repetisi) ada yang
diulang dengan ukuran yang sama, ada juga yang diulang dengan ukuran yang
berbeda.
5.
Patran
Danas
Patran danas adalah motif
yang dibentuk dibentuk dari kelopak daun danas (nanas) yang dibentuk
seperti motif sawat (sayap). Motif patran danas biasanya dijadikan
ornamen utama dalam wayang satria dengan busana bokongan atau bokongan wironan.
Ornamen patran danas biasanya
dilengkapi dengan ornamen lainnya seperti ornamen perwatan atau gringsing
sebagai ornamen pendukungnya. Di wilayah lain motif patran danas ini
disebut dengan istilah yang berbeda. Ki Sawiya menyebut ornamen ini dengan nama
Kembang Simbar, sedangkan Ki Rastika menyebutnya dengan nama Sawat Simbar.
6.
Oncoman
Ornamen oncoman
berasal dari kata oncom yang berarti tempe. Ki Kamad menyebutnya dengan ornamen
Dagean ( Dage). Memang dalam bahasa Cirebon yang terdiri banyak dialek kata oncom
sering tertukar dengan istilah dage. Keduanya memiliki bentuk yang sama
yaitu berbentuk bujur sangkar, ada yang ujung sudutnya berbentuk tumpul dan ada
yang lancip. Ornamen ini biasanya digunakan untuk wayang satria dengan busana
dodot bokongan namun ada juga yang digunakan untuk ornamen dodot gembolan
wironan. Contoh wayang dodot bokongan yang menggunakan motif oncoman adalah;
Kresna, Rama, Wisnu, dan lain-lain. Sementara wayang Ponggawa yang memakai
dodot gembolan wironan dengan motif oncoman adalah Dursasana, Durmanggala dan
Bukbris.
7.
Gringsing
Wangun
Motif ini
berbentuk lengkung segitiga tumpul seperti gunung. Di Gegesik motif ini disebut
dengan nama perawatan (gunung). Di tempat lainnya disebut juga dengan
nama motif gringsing wayang.
Ornamen ini adalah ornamen yang paling lembut, ornamen ini dibentuk
dengan cara mengulang motif yang sama dengan ukuran yang sama ke arah
menyamping. Setelah pengulangan bagian depan selesai di bagian sela-sela
segitiga tumpul tersebut dibuat motif yang sama, begitu seterusnya hingga semua
bidang terisi penuh.
Umumnya motif
ini digunakan untuk tokoh wayang satria dengan busana bokongan. Namun ada juga
wayang satria dengan busana dodot gembolan wironan yang menggunakan motif ini.
Kreatifitas dan eksplorasi perajin wayang kulit Cirebon juga sering menggunakan
ornamen gringsing wangun ini untuk wayang
Ponggawa dengan dodot gembolan. Contoh wayang yang menggunakan ornamen
ini adalah Arjuna, karena banyaknya tokoh Arjuna yang dibuat dengan menggunakan
motif dodot Gringsing Wangun, ornamen ini menjadi identik sebagai motif milik
tokoh Arjuna.
8.
Kembang
Tanjung
Kembang tanjung
adalah nama bunga yang banyak tumbuh di Cirebon. Di beberapa situs kramat pohon
kembang tanjung banyak ditemukan. Sebetulnya motif ini mirip dengan motif
oncoman, bahkan di beberapa daerah motif ini sering disebut motif oncoman.
Namun Ki Sawiyah tetap mengidentifikasikan bahwa motif ini dengan nama Kembang
Tanjung walaupun wangun (struktur) kembang tanjung dan oncoman sangat mirip
yaitu berbentuk kubus, namun isen-isen ornamennya berbeda. Kembang tanjung
dibentuk dari sebuah kubus kecil ditengah, kemudian di setiap sudutnya diberi
tiga buah ranting yang berisi bunga tanjung.
9.
Wadasan
Grompol
Ornamen wadasan
grompol dibentuk dari bentuk persegi panjang yang memiliki ujung tumpul,
kemudian di bagian atas dan bawahnya diberi tiga buah wadasan berbentuk
segitiga. Keduanya dihungkan oleh garis lengkung. Ornamen ini banyak digunakan
untuk wayang tokoh Ponggawa dengan busana dodot gembolan. Tokoh wayang Ponggawa
yang memakai ornamen ini adalah Rahwana, Bumiloka dan Kangsa.
10.
Mlinjoan
/ Minjoan
Minjo atau
melinjo sering juga disebut tangkil
adalah nama sejenis pohon yang daun dan buahnya dijadikan bahan untuk
sayur asem, rujak, dan rumba (urab-urab) yang merupakan jenis kuliner yang
digemari oleh wong Cirebon. Mungkin karena kepopulerannya maka melinjo menjadi
inspirasi bagi seniman Cirebon dengan menjadikannya sebuah ornamen wayang.
Ornamen minjoan sepintas mirip dengan ornamen semanggen/sembangen, karena kedua
ornamen ini banyak digunakan oleh wayang dengan busana dodot koncaan dan
gembolan untuk Ponggawa dan ornamen pelengkap pada tokoh satria dengan busana
dodot bokongan serta dodot bokongan wironan.
Ornamen melinjo
memiliki bentuk seperti arah mata angin, kemudian sisi yang kosongnya
dihubungkan dengan bentuk buledan (mega mendung berbentuk bulat) atau segitiga
berbentuk sirih (jamang).
11.
Kembang
Kapas
Sama seperti
halnya ornamen Semanggen dan Mlinjoan, ornamen Kembang Kapas termasuk jenis
ornamen geometris yang digambar dengan sistem pengulangan (repetisi) untuk
memenuhi bidang yang diinginkan. Sepintas ornamen ini mirip dengan Semanggen
padahal ornamen ini berbeda, baik secara
wangun (struktur) ataupun tata sunggingnya. Ornamen Kembang Kapas banyak
digunakan untuk menghiasi motif pada dodot gembolan busana Ponggawa. Tokoh
wayang yang menggunakan ornamen ini adalah Kangsa, Bagadata, Jayadrata dan
lain-lain.
12.
Kembang
Nangka Welanda
Kembang Nangka Welanda atau sirsak
adalah motif geometris yang menggunakan pola gambar (wangun) berbentuk
simetris putar atau simetris balik untuk memenuhi seluruh bidang yang
disungging. Ornamen ini digambar dengan pola repetisi. Sebelah kanan dan kiri
dihubungkan dengan sebuah wadasan. Ornamen kembang nangka welanda digunakan
pada tokoh wayang yang memiliki busana dodot gembolan, contohnya seperti
Rahwana, kangsa dan Bumiloka.
13.
Sawatan
Sawatan atau
sayap dalam motif batik jogja disebut garuda (gruda) adalah jenis
ornamen yang digunakan oleh golongan wayang ponggawa dan juga satria. Untuk Ponggawa
biasanya adalah jenis Ponggawa yang memakai busana dodot gembolan, sedangkan
untuk jenis wayang satria digunakan sebagai hiasan pemanis, tetapi dalam ukuran
yang lebih kecil, ornamen sawatan digambar secara repetisi dalam dodot wayang.
14. Menyan
Kobar
Ornamen Menyan Kobar atau menyan yang
dibakar bentuknya sangat simbolik. Ornamen ini agak mirip dengan sawatan.
Menyan Kobar lebih banyak digunakan sebagai ornamen pendukung dibandingkan
sebagai ornamen utama. Namaun ornamen ini juga digunakan sebagai ornamen utama,
misalnya untuk busana dodot gembolan atau untuk jubah wayang pendeta. Bentuk
ornamen Menyan Kobar juga tidak ditonjolkan warnanya, paling banyak hanya
disungging dua warna sehingga terkesan flat (datar).
15.
Wadasan
Ornamen wadasan
merupakan perpaduan antara unsur segitiga wadasan dipadukan dengan segitiga Untu
Walang. Ornamen ini diperbanyak mengisi bidang dengan cara repetisi.
Ornamen Wadasan banyak digunakan untuk
wayang Ponggawa dengan busan dodot gembolan maupun dodot koncaan. Wayang denawa
juga banyak yang menggunakan motif wadasan.
16.
Kembang
Jeruk
Ornamen kembang
jeruk berbentuk segi delapan, memiliki empat sisi yang tumpul dan empat sisi
yang lancip. Sebetulnya unsur ornamennya sama dengan motif wadasan tetapi
wangunnya berbeda. Kembang jeruk banyak menghiasi busana wayang dengan dodot
gembolan. Karena pola penggambarannya menggunakan sistem repetisi, maka ornamen
kembang jeruk banyak digunakan untuk wayang Ponggawa dengan busana dodot
gembolan atau gembolan wironan, tetapi untuk wayang Ponggawa berbusana dodot
koncaan dan Denawa juga dapat digunakan.
Selain enam belas ornamen utama yang sering menghiasi busana wayang, sebetulnya masih
banyak lagi ornamen-ornamen lainnya yang belum tercatat. Proses kreatifitas perajin
wayang yang terus menerus berjalan semakin menambah khazanah koleksi
ornamen-ornamen batik pada wayang.
Ornamen–ornamen
lainnya yang juga tidak kalah pentingnya adalah ornamen-ornamen pendukung.
Ornamen ini juga jumlahnya sangat berlimpah, sebagai contoh beberapa ornamen
pendukung, antara lain : Umbangan, Mas – mas, Kembang Bledog, Kembang suri
melati kuncup / godog tembara, Kung pakis, Kembang kingkong, Kembang nangka, Kembang
pundak, dann lain –lain.
Contoh
Sunggingan Cirebon
1.
Sunggingan
mega mendung
2.
Sunggingan
kratonan .
4.
Sunggingan
rame
Diyakini
bahwa wayang Cirebon generasi pertama diciptakan oleh Sunan Kalijaga, dengan
mengacu kepada bentuk-bentuk wayang yang sudah ada sebelumnya. Pada tataran
tertentu adalah adanya pertemuan antara Sunan Kalijaga dengan Sanghyang
Budhapurwa atau Sanghyang Kontea yang merupakan unsur dari millennium Hindu
Budha bertemu dengan Sunan Kalijaga yang mewakili millennium Islam. Proses
transisi keduanya melalui jalan damai dan tongkat estafet perubahan zaman
yang ditandai dengan media wayang. Oleh
karena itu tidaklah berlebihan kalau wayang kulit Cirebon digolongkan ke dalam genre
wayang transisi dari era Hindu – Buddha ke era Islam.
Sunan
Gunungjati sebagai raja dan seorang wali yang memerintah Kerajaan Cirebon
bertanggungjawab penuh dalam perkembangan wayang pada saat itu. Mulai dari
proses penciptaan, pembuatan aransemen gamelan pengiring, proses reproduksi
wayang sampai pada pergelaran wayang di Bangsal Paringgitan Astana Nurgiri
Ciptarengga dapat berjalan lancar atas restu Sunan Gunungjati. Walaupun pada
awalnya para kcreator wayang Cirebon itu berasal dari Timu, namun pada akhirnya
wayang Cirebon menemukan jatidirinya sendiri. Sunan Kalijaga, Pangeran Kejoran
dan Ki Miyun merupakan duta-duta wayang dari Jawa Timur yang menanamkan benih
seni pergelaran dan kriya wayang kulit di Cirebon. Namun melalui kematangan
usia yang dimilikinya, melalui tangan-tangan terampil Ki Kaca, Ki Gedog, Ki
Purnaguna, Ki Guling, Ki Potok dan Seniman-seniman lainnya, wayang Cirebon
menemukan bentuknya yang mandiri.
Seni
tatah sungging wayang kulit Cirebon memiliki gramatika dan terminologi yang
khas. Karakteristik seni tatah sungging wayang Cirebon perlu digali lebih
mendalam agar nilai-nilai adiluhung yang terkandung di dalamnya dapat
bermanfaat bagi semua orang. Menggali data dan informasi dari para praktisi
wayang, membuka naskah dan meneliti fenomena yang terjadi pada wayang kulit
akan dapat membantu menyusun sistematika pengetahuan wayang kulit Cirebon.
Perlu
adanya upaya rekonstruksi ilmiah yang dilembagakan dan disusun menjadi ilmu
pengetahuan yang nantinya dapat diajarkan kepada generasi muda melalui
kurikulum pendidikan luar sekolah atau sekolah kriya yang mempelajari tentang
ilmu pengetahuan tatah dan sungging wayang kulit Cirebon.
Mengingat
jumlah perajin wayang kulit Cirebon saat ini sedang dalam kondisi yang sangat
kritis, perlu adanya tindakan yang signifikan dan segera untuk menyelamatkannya
dari jurang kepunahan. Untuk saat ini sudah bukan waktunya untuk memikirkan
bagaimana cara menyelamatkan wayang kulit Cirebon dari kepunahan, yang
terpenting tindakan apa saja yang harus dan bida dilakukan untuk
menyelamatkannya
Sumber artikel : Tatah Ukir Wayang Cirebon Oleh R. Achmad Opan Safari Hasyim
Gambar Berbagai Sumber & dokumen dari M. Isa Permana
Nyimak
ReplyDeleteNice blog, I will keep visiting this blog very often. detectives privados madrid
ReplyDelete