Tuesday, June 27, 2017

Ornamen Pada Dodot Wayang Cirebon



Jenis – Jenis Ornamen Pada Dodot Wayang

Jenis – jenis ornamen pada dodot wayang sangat banyak jumlahnya, sampai saat ini belum ada yang meneliti berapa jumlahnya. Nama-nama ornamen tersebut di setiap wilayah atau sentra pedalangan memiliki ciri khas sendiri, namun masing-masing praktisi wayang biasanya paham dengan perbedaan tersebut. Salah satu contoh misalnya ornamen Semanggen  (semanggi) di wilayah Gegesik disebut Sembagen. Namun komunitas pedalangan di wilayah kidulan cukup paham dengan nama tersebut, begitu pula sebaliknya.
Berikut adalah jenis-jenis nama motif atau ornamen yang biasanya digunakan untuk menghiasi dodot atau busana wayang kulit :

1.      Semanggen / Sembagen
Ornamen semanggen adalah motif yang paling banyak digunakan dalam dodot wayang, terutama jenis wayang yang berbusana dodot koncaan. Ornamen jenis ini banyak digunakan untuk wayang jenis Ponggawa dan Denawa, baik yang berbusana dodot koncaan ataupun gembolan. Corak ini juga digunakan sebagai busana dodot satria, namun bukan sebagai motif utama. Biasanya untuk busana dodot satria bokongan, motif pendukung (pemanis) digunakan motif semanggen.

2.      Patran Paksi
Patran paksi berasal dari kata patra dan paksi. Dalam terminologi  batik Cirebon patra atau patran biasanya digunakan untuk memberi nama motif atau pola yang dibentuk dari kelompok daun. Adapun kata paksi berarti burung, jadi motif patran paksi artinya motif burung yang dibentuk (stylasi) dari kelopak daun. Bagian yang distilasi dengan daun adalah bagian kepalanya.
Motif patran paksi adalah motif kuno, motif ini kemungkinan besar berasal dari Majapahit. Wayang-wayang wetan (Wayang Kerajaan Mataram) juga ada yang menggunakan motif ini. Patran paksi banyak digunakan oleh wayang dengan busana dodot bokongan, seperti Kresna, Prabu Maesapati, Wisnu dan lain-lain. Wayang yang menggunakan dodot bokongan wironan juga banyak yang memakai motif patran paksi. Contohnya seperti Nayarana, Shangyang Ismaya dan lain-lain.


3.      Kawungan
Motif kawaungan atau motif kawung dibentuk dari daun aren yang dilipat menjadi dua berbentuk lengkungan elips. Dalam perkembangannya motif kawung berbentuk empat lengkungan elips. Dengan ujung mengarah ke sudut 45o. Kawung juga dibuat dalam berbagai ukuran tergantung luasnya bidang yang akan diberi ornamen. Ada kawung ece ada kawung kentang dan lain-lain. Pada busana wayang motif kawung sering digunakan sebagai motif hiasan pelengkap. Terutama pada bagian soder wayang Ponggawa atau denawa yang berbusana dodot koncaan. Walaupun tidak banyak, ada juga tokoh wayang satria dengan busana dodot bokongan dan bokongan wironan yang menggunakan motif kawaung ecaan. Contohnya pada wayang Nakula dan Sadewa koleksi Kraton Kacirbonan.

.

4.      Ganggeng Kinyut
Motif ganggeng adalah motif yang diambil dari nama sejenis tumbuhan air yaitu ganggang (algae). Ganggang kinyut berarti ganggang yang terbawa arus air hingga bergerak. Pada motif kain batik juga dikenal istilah motif ganggengan. Dalam dunia batik kata ganggengan memiliki makna “ingkang langgeng” atau dzat yang maha kekal atau bersifat Baqa’ yaitu Allah Subhanahu Wata’ala. Apakah ganggeng kinyut memiliki kaitan makna dengan motif batik ganggengen ? ini perlu adanya penelitian lebih lanjut.
Motif  ganggeng kinyut banyak digunakan sebagai ornamen utama satria dengan busana dodot bokongan atau dodot bokongan wironan. Ornamen ini sering dibuat dalam bentuk pengulangan motif (repetisi) ada yang diulang dengan ukuran yang sama, ada juga yang diulang dengan ukuran yang berbeda.
5.      Patran Danas
Patran danas adalah motif yang dibentuk dibentuk dari kelopak daun danas (nanas) yang dibentuk seperti motif sawat (sayap). Motif patran danas biasanya dijadikan ornamen utama dalam wayang satria dengan busana bokongan atau bokongan wironan. Ornamen patran danas  biasanya dilengkapi dengan ornamen lainnya seperti ornamen perwatan atau gringsing sebagai ornamen pendukungnya. Di wilayah lain motif patran danas ini disebut dengan istilah yang berbeda. Ki Sawiya menyebut ornamen ini dengan nama Kembang Simbar, sedangkan Ki Rastika menyebutnya dengan nama Sawat Simbar.

6.      Oncoman
Ornamen oncoman berasal dari kata oncom yang berarti tempe. Ki Kamad menyebutnya dengan ornamen Dagean ( Dage). Memang dalam bahasa Cirebon yang terdiri banyak dialek kata oncom sering tertukar dengan istilah dage. Keduanya memiliki bentuk yang sama yaitu berbentuk bujur sangkar, ada yang ujung sudutnya berbentuk tumpul dan ada yang lancip. Ornamen ini biasanya digunakan untuk wayang satria dengan busana dodot bokongan namun ada juga yang digunakan untuk ornamen dodot gembolan wironan. Contoh wayang dodot bokongan yang menggunakan motif oncoman adalah; Kresna, Rama, Wisnu, dan lain-lain. Sementara wayang Ponggawa yang memakai dodot gembolan wironan dengan motif oncoman adalah Dursasana, Durmanggala dan Bukbris.



7.      Gringsing Wangun
Motif ini berbentuk lengkung segitiga tumpul seperti gunung. Di Gegesik motif ini disebut dengan nama perawatan (gunung). Di tempat lainnya disebut juga dengan nama motif gringsing wayang.  Ornamen ini adalah ornamen yang paling lembut, ornamen ini dibentuk dengan cara mengulang motif yang sama dengan ukuran yang sama ke arah menyamping. Setelah pengulangan bagian depan selesai di bagian sela-sela segitiga tumpul tersebut dibuat motif yang sama, begitu seterusnya hingga semua bidang terisi penuh.
Umumnya motif ini digunakan untuk tokoh wayang satria dengan busana bokongan. Namun ada juga wayang satria dengan busana dodot gembolan wironan yang menggunakan motif ini. Kreatifitas dan eksplorasi perajin wayang kulit Cirebon juga sering menggunakan ornamen gringsing wangun ini untuk wayang  Ponggawa dengan dodot gembolan. Contoh wayang yang menggunakan ornamen ini adalah Arjuna, karena banyaknya tokoh Arjuna yang dibuat dengan menggunakan motif dodot Gringsing Wangun, ornamen ini menjadi identik sebagai motif milik tokoh Arjuna.


8.      Kembang Tanjung
Kembang tanjung adalah nama bunga yang banyak tumbuh di Cirebon. Di beberapa situs kramat pohon kembang tanjung banyak ditemukan. Sebetulnya motif ini mirip dengan motif oncoman, bahkan di beberapa daerah motif ini sering disebut motif oncoman. Namun Ki Sawiyah tetap mengidentifikasikan bahwa motif ini dengan nama Kembang Tanjung walaupun wangun (struktur) kembang tanjung dan oncoman sangat mirip yaitu berbentuk kubus, namun isen-isen ornamennya berbeda. Kembang tanjung dibentuk dari sebuah kubus kecil ditengah, kemudian di setiap sudutnya diberi tiga buah ranting yang berisi bunga tanjung.


9.      Wadasan Grompol
Ornamen wadasan grompol dibentuk dari bentuk persegi panjang yang memiliki ujung tumpul, kemudian di bagian atas dan bawahnya diberi tiga buah wadasan berbentuk segitiga. Keduanya dihungkan oleh garis lengkung. Ornamen ini banyak digunakan untuk wayang tokoh Ponggawa dengan busana dodot gembolan. Tokoh wayang Ponggawa yang memakai ornamen ini adalah Rahwana, Bumiloka dan Kangsa.

10.  Mlinjoan / Minjoan
Minjo atau melinjo sering juga disebut tangkil  adalah nama sejenis pohon yang daun dan buahnya dijadikan bahan untuk sayur asem, rujak, dan rumba (urab-urab) yang merupakan jenis kuliner yang digemari oleh wong Cirebon. Mungkin karena kepopulerannya maka melinjo menjadi inspirasi bagi seniman Cirebon dengan menjadikannya sebuah ornamen wayang. Ornamen minjoan sepintas mirip dengan ornamen semanggen/sembangen, karena kedua ornamen ini banyak digunakan oleh wayang dengan busana dodot koncaan dan gembolan untuk Ponggawa dan ornamen pelengkap pada tokoh satria dengan busana dodot bokongan serta dodot bokongan wironan.
Ornamen melinjo memiliki bentuk seperti arah mata angin, kemudian sisi yang kosongnya dihubungkan dengan bentuk buledan (mega mendung berbentuk bulat) atau segitiga berbentuk sirih (jamang).

11.  Kembang Kapas
Sama seperti halnya ornamen Semanggen dan Mlinjoan, ornamen Kembang Kapas termasuk jenis ornamen geometris yang digambar dengan sistem pengulangan (repetisi) untuk memenuhi bidang yang diinginkan. Sepintas ornamen ini mirip dengan Semanggen padahal  ornamen ini berbeda, baik secara wangun (struktur) ataupun tata sunggingnya. Ornamen Kembang Kapas banyak digunakan untuk menghiasi motif pada dodot gembolan busana Ponggawa. Tokoh wayang yang menggunakan ornamen ini adalah Kangsa, Bagadata, Jayadrata dan lain-lain.


12.  Kembang Nangka Welanda
Kembang Nangka Welanda atau sirsak adalah motif geometris yang menggunakan pola gambar (wangun) berbentuk simetris putar atau simetris balik untuk memenuhi seluruh bidang yang disungging. Ornamen ini digambar dengan pola repetisi. Sebelah kanan dan kiri dihubungkan dengan sebuah wadasan. Ornamen kembang nangka welanda digunakan pada tokoh wayang yang memiliki busana dodot gembolan, contohnya seperti Rahwana, kangsa dan Bumiloka.

13.  Sawatan
Sawatan atau sayap dalam motif batik jogja disebut garuda (gruda) adalah jenis ornamen yang digunakan oleh golongan wayang ponggawa dan juga satria. Untuk Ponggawa biasanya adalah jenis Ponggawa yang memakai busana dodot gembolan, sedangkan untuk jenis wayang satria digunakan sebagai hiasan pemanis, tetapi dalam ukuran yang lebih kecil, ornamen sawatan digambar secara repetisi dalam dodot wayang.
           
           14.  Menyan Kobar
Ornamen Menyan Kobar atau menyan yang dibakar bentuknya sangat simbolik. Ornamen ini agak mirip dengan sawatan. Menyan Kobar lebih banyak digunakan sebagai ornamen pendukung dibandingkan sebagai ornamen utama. Namaun ornamen ini juga digunakan sebagai ornamen utama, misalnya untuk busana dodot gembolan atau untuk jubah wayang pendeta. Bentuk ornamen Menyan Kobar juga tidak ditonjolkan warnanya, paling banyak hanya disungging dua warna sehingga terkesan flat (datar).
15.  Wadasan
Ornamen wadasan merupakan perpaduan antara unsur segitiga wadasan dipadukan dengan segitiga Untu Walang. Ornamen ini diperbanyak mengisi bidang dengan cara repetisi. Ornamen  Wadasan banyak digunakan untuk wayang Ponggawa dengan busan dodot gembolan maupun dodot koncaan. Wayang denawa juga banyak yang menggunakan motif wadasan.
16.  Kembang Jeruk
Ornamen kembang jeruk berbentuk segi delapan, memiliki empat sisi yang tumpul dan empat sisi yang lancip. Sebetulnya unsur ornamennya sama dengan motif wadasan tetapi wangunnya berbeda. Kembang jeruk banyak menghiasi busana wayang dengan dodot gembolan. Karena pola penggambarannya menggunakan sistem repetisi, maka ornamen kembang jeruk banyak digunakan untuk wayang Ponggawa dengan busana dodot gembolan atau gembolan wironan, tetapi untuk wayang Ponggawa berbusana dodot koncaan dan Denawa juga dapat digunakan.
Selain enam belas ornamen utama yang sering menghiasi busana wayang, sebetulnya masih banyak lagi ornamen-ornamen lainnya yang belum tercatat. Proses kreatifitas perajin wayang yang terus menerus berjalan semakin menambah khazanah koleksi ornamen-ornamen batik pada wayang.
Ornamen–ornamen lainnya yang juga tidak kalah pentingnya adalah ornamen-ornamen pendukung. Ornamen ini juga jumlahnya sangat berlimpah, sebagai contoh beberapa ornamen pendukung, antara lain : Umbangan, Mas – mas, Kembang Bledog, Kembang suri melati kuncup / godog tembara, Kung pakis, Kembang kingkong, Kembang nangka, Kembang pundak, dann lain –lain.



Contoh Sunggingan Cirebon
1.      Sunggingan mega mendung

2.      Sunggingan kratonan .
 
3.      Sunggingan sepet/ trajumas/ kidulan


4.      Sunggingan rame

5.      Gayaman  
 

Rahwana(sunggingan badan warna awak-awak)


Diyakini bahwa wayang Cirebon generasi pertama diciptakan oleh Sunan Kalijaga, dengan mengacu kepada bentuk-bentuk wayang yang sudah ada sebelumnya. Pada tataran tertentu adalah adanya pertemuan antara Sunan Kalijaga dengan Sanghyang Budhapurwa atau Sanghyang Kontea yang merupakan unsur dari millennium Hindu Budha bertemu dengan Sunan Kalijaga yang mewakili millennium Islam. Proses transisi keduanya melalui jalan damai dan tongkat estafet perubahan zaman yang  ditandai dengan media wayang. Oleh karena itu tidaklah berlebihan kalau wayang kulit Cirebon digolongkan ke dalam genre wayang transisi dari era Hindu – Buddha ke era Islam.
Sunan Gunungjati sebagai raja dan seorang wali yang memerintah Kerajaan Cirebon bertanggungjawab penuh dalam perkembangan wayang pada saat itu. Mulai dari proses penciptaan, pembuatan aransemen gamelan pengiring, proses reproduksi wayang sampai pada pergelaran wayang di Bangsal Paringgitan Astana Nurgiri Ciptarengga dapat berjalan lancar atas restu Sunan Gunungjati. Walaupun pada awalnya para kcreator wayang Cirebon itu berasal dari Timu, namun pada akhirnya wayang Cirebon menemukan jatidirinya sendiri. Sunan Kalijaga, Pangeran Kejoran dan Ki Miyun merupakan duta-duta wayang dari Jawa Timur yang menanamkan benih seni pergelaran dan kriya wayang kulit di Cirebon. Namun melalui kematangan usia yang dimilikinya, melalui tangan-tangan terampil Ki Kaca, Ki Gedog, Ki Purnaguna, Ki Guling, Ki Potok dan Seniman-seniman lainnya, wayang Cirebon menemukan bentuknya yang mandiri.
Seni tatah sungging wayang kulit Cirebon memiliki gramatika dan terminologi yang khas. Karakteristik seni tatah sungging wayang Cirebon perlu digali lebih mendalam agar nilai-nilai adiluhung yang terkandung di dalamnya dapat bermanfaat bagi semua orang. Menggali data dan informasi dari para praktisi wayang, membuka naskah dan meneliti fenomena yang terjadi pada wayang kulit akan dapat membantu menyusun sistematika pengetahuan wayang kulit Cirebon.
Perlu adanya upaya rekonstruksi ilmiah yang dilembagakan dan disusun menjadi ilmu pengetahuan yang nantinya dapat diajarkan kepada generasi muda melalui kurikulum pendidikan luar sekolah atau sekolah kriya yang mempelajari tentang ilmu pengetahuan tatah dan sungging wayang kulit Cirebon. 
Mengingat jumlah perajin wayang kulit Cirebon saat ini sedang dalam kondisi yang sangat kritis, perlu adanya tindakan yang signifikan dan segera untuk menyelamatkannya dari jurang kepunahan. Untuk saat ini sudah bukan waktunya untuk memikirkan bagaimana cara menyelamatkan wayang kulit Cirebon dari kepunahan, yang terpenting tindakan apa saja yang harus dan bida dilakukan untuk menyelamatkannya



 Sumber artikel : Tatah Ukir Wayang Cirebon Oleh   R. Achmad Opan Safari Hasyim
Gambar Berbagai Sumber & dokumen dari  M. Isa Permana



2 comments: